Saturday, January 14, 2012

Pride and Prejudice

By: Sri Noor Verawaty


Rasa sukaku pada karya-karya Jane Austen dimulai ketika suatu hari aku pergi ke bazar buku dan melihat the famous “Pride and Prejudice” (pertama kali diterbitkan tahun 1813 di Inggris). Aku pun langsung membelinya dengan girang. Di rumah aku membaca buku itu dengan kecepatan yang luar biasa, sebanyak lebih dari 400 halaman dalam waktu hanya kurang dari 2 hari. Alasan pertama tentu saja karena penasaran, alasan lain karena bukunya memang enak dibaca dan ceritanya indah. Aku langsung jatuh cinta pada cerita dan tokohnya, terutama kepada sosok Darcy. Dan tentu saja Elizabeth (Lizzie).

Karena penasaran, aku mendownload dan menonton filmnya yang dibintangi oleh Keira Knightly sebagai Elizabeth Bennet dan Matthew Macfadyen sebagai Fitzwilliam Darcy (2005, directed by Joe Wright). Namun tak berhenti sampai di sana. Dikarenakan banyaknya endorsement dari banyak pecinta “Pride and Prejudice”, aku pun mendownload mini seri yang dibuat BBC pada tahun 1995 yang dibintangi oleh Colin Firth (Darcy) dan Jenneifer Ehle (Lizzie), directed by Simon Langton. Serial yang dibuat BBC lebih panjang, lebih rinci dan lebih “patuh” pada novelnya.

Sudah lama aku merasa berhutang untuk menulis tentang betapa indahnya cerita ini (atau betapa menggugahnya, atau romantisnya, just name it!). Tapi karena terlalu banyak hal yang ingin aku ceritakan, jadi semua ide itupun bertumpuk berantakan di dalam otakku dan tak tertuang ke dalam tulisan. Hingga dua jam lalu aku “diingatkan” kembali saat sedang menonton serial “No Ordinary Family”. Di salah satu adegannya, Daphne masuk ke ruang guru dan gurunya berkata, “Kalau kamu mau meminta bantuanku dengan tugas novel Pride and Prejudice, … bla bla bla.”

Adegan itu mengingatkanku pada dua adegan lain yang menyelipkan novel ini di dalamnya, yaitu film “Princess Diaries” (Anne Hathaway) dan film “You’ve Got Mail” (Meg Ryan dan Tom Hanks). Bahkan “You’ve Got Mail” konon dipengaruhi oleh novel Pride and Prejudice, seperti juga film “Bridget Jones’s Diary” (Renée Zellweger sebagai Bridget, Hugh Grant sebagai Daniel Cleaver, dan lagi-lagi Colin Firth sebagai Mark Darcy).

Di film “You’ve Got Mail”, Kathleen Kelly (Meg Ryan) hendak kopi darat dengan teman chat online misteriusnya. Dia duduk di café sambil membaca buku favoritnya, Pride and Prejudice. Kelly tidak tahu bahwa teman misteriusnya itu adalah musuh bebuyutannya yaitu Joe Fox (Tom Hanks), pemilik toko buku besar yang telah membuat toko buku kecilnya bangkrut. Dan saat akhirnya Fox datang (Fox tidak mengakui bahwa dialah teman chat online Kelly), merekapun membahas adegan favorit mereka di novel Pride and Prejudice.

Sedang di film “Princess Diaries”, Mia Thermopolis (Anne Hathaway) yang sedang dididik untuk menjadi putri yang elegan diharuskan membaca setumpuk karya sastra. Salah satu buku yang diserahkan kepada Mia adalah novel Pride and Prejudice.
Well okay, I’m sure there’s still a lot of movies featuring Pride and Prejudice in it.



Baiklah, inilah sinopsisnya:

Elizabeth Bennet (Lizzie) datang dari keluarga menengah, putri kedua dari pasangan Mr. dan Mrs Bennet. Dia mempunyai seorang kakak, Jane (yang tercantik dan yang paling baik diantara semua saudarinya), dan tiga adik, Mary (yang paling kolot dan “ga gaul”), Kitty, dan Lydia. Dua adik Lizzie yang terakhir adalah biang masalah. Sedangkan Lizzie sendiri digambarkan sebagai sosok yang periang dan pintar.

Karena kelima anak Mr. Bennet ini perempuan, maka hukum waris yang berlaku di Inggris pada masa itu menentukan bahwa seluruh harta Mr. Bennet jika dia meninggal nanti tidak akan jatuh ke pihak istri dan anak-anak perempuannya, melainkan ke pihak kerabat laki-laki terdekat dari Mr. Bennet. Dalam hal ini pada keponakan Mr. Bennet, yaitu Mr. Collins. Faktor besar inilah yang menjadi alasan Mrs. Bennet menginginkan menantu yang kaya bagi putri-putrinya, demi kelangsungan hidup mereka sepeninggal suaminya kelak.

Suatu hari Charles Bingley, seorang bujangan tampan dan kaya, menyewa rumah besar Netherfield di Hertfordshire. Bingley datang dengan adik-adik dan sahabatnya, Fitzwilliam Darcy. Singkat kata, Bingley jatuh cinta pada Jane yang cantik dan baik hati. Jane pun demikian pada Bingley. Sementara itu Darcy dan Lizzie mulai bermusuhan. Diawali dengan kalimat angkuh Darcy pada Bingley yang tak sengaja terdengar oleh Lizzie. Darcy berkata bahwa Lizzie “lumayan juga, tapi tidak cukup cantik untuk membuatku tergoda.”

Jika Bingley adalah pribadi yang ramah dan menyenangkan, maka sahabatnya adalah kebalikannya. Darcy adalah sosok pria tampan misterius yang angkuh dan dingin. Walaupun penghasilannya dua kali lipat dari Bingley dan dia memiliki setengah tanah di Derbyshire dan sebuah rumah mewah, yaitu Pemberley, hal itu tidak membuat Lizzie terkesan. Namun perlahan-lahan perasaan Darcy pada Lizzie justru berubah.

Suatu hari Mr. Collins—si ahli waris harta Mr. Bennet—datang dan mengajukan penawaran untuk menikahi salah satu putri keluarga Bennet. Mengingat tawaran itu menjanjikan anak-anak keluarga Bennet untuk tetap bisa menghuni rumah mereka sepeninggal Mr. Bennet kelak, maka Mrs. Bennet pun mengajukan Lizzie untuk Collins. Namun Lizzie bersikeras menolak Collins. Saat itu Lizzie sedang dekat dengan George Wickham. Collins akhirnya menikah dengan sabahat Lizzie, Charlotte Lucas.

Wickham adalah seorang opsir yang tampan dan menyenangkan. Dari pertemuannya yang tanpa sengaja dengan Darcy, terungkaplah bahwa dia dengan Darcy memiliki sedikit “urusan” di masa lalu. Wickham bercerita pada Lizzie bahwa ayah Darcy menganggapnya seperti anak sendiri, namun saat beliau meninggal, Darcy pun mendepak Wickham. Cerita Wickham membuat Lizzie semakin berprasangka pada Darcy yang angkuh.

Bingley yang diharapkan akan segera melamar Jane, tiba-tiba saja pergi ke London tanpa ada rencana kembali ke Netherfield. Jane pun pergi ke rumah tantenya di London untuk menenangkan diri. Sedangkan Wickham yang semula mengejar-ngejar Lizzie, malah berpaling pada Miss King yang tidak cantik namun akan mewarisi sejumlah harta kekayaan.

Lizzie diundang Charlotte dan Collins untuk mengunjungi rumahnya di Kent. Patron pendeta Collins adalah Lady Catherine de Bourgh, yang tak lain adalah tante dari Darcy. Maka Lizzie pun kembali bertemu dengan Darcy di sana. Dari perbincangannya dengan sepupu Darcy, yaitu Kolonel Fitzwilliam, Lizzie tanpa sengaja mengetahui bahwa Darcylah yang telah memisahkan Bingley dari Jane. Mengetahui ini Lizzie merasa sangat marah.

Darcy yang telah berjuang keras untuk melawan perasaannya pada Lizzie, akhirnya tak dapat lagi menahan diri. Melawan akal sehatnya, dia pun melamar Lizzie yang status sosial dan kekayaannya jauh di bawah Darcy. Namun Lizzie menolak dengan marah dan mengkonfrontasi Darcy dengan tuduhan bahwa Darcylah yang telah memisahkan Jane dari Bingley dan membuat Jane patah hati dan sangat menderita. Lizzie juga mengungkit-ungkit bahwa Darcy telah mendepak Wickham dan tidak memberikan hak warisan bagian Wickham seperti yang diperintahkan mendiang ayahnya.

Darcy mundur. Sebelum pergi dari Kent, dia memberikan sepucuk surat pada Lizzie yang isinya adalah penjelasan mengenai dua tuduhan yang diajukan Lizzie. Wickam ternyata penipu bermulut manis. Sedangkan untuk masalah Jane, Darcy memang menyarankan Bingley untuk mundur karena Darcy melihat Jane tampak dingin dan tidak tertarik pada Bingley. Lizzie terhenyak saat membaca surat ini dan pandangannya tentang Darcy pun berubah. Tak lama setelah itu, dia kembali pulang ke rumahnya.

Om dan Tante Lizzie, yaitu Mr. dan Mrs. Gardiner mengajak Lizzie pelesir ke daerah Derbyshire. Mereka menyempatkan diri untuk mampir dan melihat-lihat Pemberley, rumah Darcy, yang saat itu diduga sedang tidak ditinggali pemiliknya. Namun tanpa diduga, di sana Lizzie bertemu dengan Darcy yang pulang sehari lebih awal dari rencananya. Di sini Darcy dan Lizzie seperti memulai semuanya dari awal yang baru. Lizzie sudah tidak memiliki prasangka buruk lagi pada Darcy, dan Darcy yang dulu angkuh kini jauh lebih ramah. Darcy memperkenalkan Lizzie pada adiknya, Georgiana. Namun awal yang indah ini tak berlangsung lama, terpotong oleh sepucuk surat dari Jane yang memberitakan bahwa adik bungsu mereka, Lydia, telah kabur dengan Wickham.

Bersama om dan tantenya, Lizzie pun pulang ke Hertfordshire. Aib telah ditorehkan Lydia bagi seluruh putri keluarga Bennet. Dengan adik yang kabur bersama seorang pria, tidak mungkin lagi ada pria terhormat apalagi kaya yang akan mau menikahi putri-putri keluarga Bennet. Pupuslah harapan Lizzie akan Darcy.

Dengan bantuan Mr. dan Mrs. Gardiner, Lydia pun dinikahkan dengan Wickam di London. Namun tanpa sengaja Lydia sendirilah yang membocorkan rahasia bahwa ternyata Darcylah yang telah berjasa menemukan mereka, membayar maskawin dan seluruh hutang Wickham, bahkan merancang pekerjaan bagi Wickham di Newcastle. Lizzie yang mengetahui ini semakin kaget. Perasaan bencinya pada Darcy telah berubah 180 derajat.

Bingley kembali ke Nerherfield di Hertfordshire. Setelah meluruskan kesalahpahaman, Bingley melamar Jane. Dan Darcy pun melamar Lizzie yang diterima Lizzie dengan perasaan bahagia. [THE END]


Nice, huh?
Dari seluruh novel Jane Austen, Pride and Prejudice adalah favoritku. And in my humble opinion, of all charming, macho and rich guys in Austen’s novels (Edward Ferrars and Colonel Christopher Brandon in Sense and Sensibility—1811, Edmund Bertram in Mansfield Park—1814, George Knightley in Emma—1815, Henry Tilney in Northanger Abbey—1818, and Captain Frederick Wentworth in Persuasion—1818), Mr. Darcy is my favorite of all. Pride and Prejudice is the most romantic story I’ve ever read. I adore it so much. I love the book, I love the film, and I love the mini series. And most of all, I LOVE DARCY!

Buku:
Judul: Pride and Prejudice
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Berliani Mantili Nugrahani
Penerbit: Qanita
Cetakan pertama: Februari 2011



1 comment: